Kamis, 27 Januari 2011

Belajar Berbagi Perasaan

Tekanan hidup sesorang akan memunculkan tindakan-tinadakan yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Angka bunuh diri yang makin tinggi dan tingkat kejahatan yang sudah memprihatinkan tidak terlepas dari tekanan hidup yang makin berat.  Ups, begitu mengerikannya   dan sudah sedemikan menyedihkankah kehidupan saat ini? Dimana orang mudah marah dan gelap mata. Semua tidak terlepas dari sikap hidup kelompok masyarakat yang tidak lagi peduli dengan yang lainnya. Budaya unjuk diri, kekuasaan dan materi makin meningkat, makin diperlihatkan dengan terang-terangan. Akibatnya membentuk menjadi budaya pamer (show off) kepunyaan dimana-mana.  Jangan-jangan kita juga ikut menciptakan keadaan tersebut. Dimana menjaga perasaan orang lain tampaknya mulai  terkikis, istilah tepa selira atau tenggang rasa yang makin menipis. Apa yang terjadi dengan masyarakat kita saat ini ya? 

Berbagai macam alasan  baik internal maupun eksternal, tampaknya juga yang membuat tekanan seseorang makin memuncak. Akibatnya menciptakan manusia egois, sombong, tidak pernah merasa puas dan tidak peduli dengan orang lain!   Lihatlah beberapa perbuatan yang secara tidak langsung membuat orang memaksakan diri.  Yang ujung-ujungnya segala cara akan dilakukan!

1. Pamer omongan dan materi. 
   - Disetiap perbincangan kelompok, pasti ada saja tek-tok omongan yang ujung-ujungnya   saling tidak mau kalah.  "HP Nokia gw ini model n warnanya limited edition loh"  Ditimpali dengan "Oiya sebenernya gw juga mau beli, tapi warnanya kurang suka. Jadi deh beli BB  Gemini ini"   Masih kurang juga omongan, bilang lagi ke temen yang lain "Pake BB dong biar bisa BBMan kan jadi murah biayanya" Perlu ya memperjelas merk dan ngurusin orang lain? Etiskah? Gak ditanya kok 'menanggap' dirinya sendiri.

     - Iklanpun  berbunyi seperti ini "Belum punya gadget terbaru? Apa kata tetangga.... Memasuki tahun baru ini jangan sampai terlihat so last year karena belum punya gadget terbaru!"   Wow ,iklan ini juga mempunyai unsur memanas-manasi seseorang untuk jangan mau kalah dengan orang  lain. Jangan mau dibilang ketinggalan jaman karena masih memakai gadget yang out of date. Tapi...yah namanya juga menjual dagangan...






2. Facebook. 
        Yang awalnya berguna untuk menyambung tali silaturahmi, menginfokan berita, berbagi  cerita dan kebahagiaan,  serta upload foto untuk memperlihatkan suasana kota. Sebenarnya sah-sah saja sih seperti itu asal jangan ditambah dengan komen yang  berbalik malah menjadi ajang pamer foto beserta captionnya.   Bisa  membuat orang jadi  sebel kan... Status kita adalah mulut kita lho..


3. Dress code. 
        Yang awalnya hanya sebagai penyeragaman pakaian beserta atributnya dengan tema  tertentu yang biasanya ada didalam suatu kegiatan acara.  Misalnya untuk wisuda biasanya memakai jas untuk laki-laki dan kebaya untuk yang perempuan. Tetapi sekarang kegiatan arisan, reuni ataupun pengajian sering pula memakai Kode pakaian. Yang akhirnya membuat kita memaksakan diri mencari pakaian dan pelengkapnya. Membuat pusing bila tidak ada  di lemari pakaian  ataupun  punya tetapi sudah pernah dipakai di acara lain.  Yang ini juga bisa membuat kita jadi tidak percaya diri...

Semua contoh kasus diatas memang tidak terelakkan didalam kemajuan kehidupan saat ini. Tetapi rasanya  dengan  belajar Berbagi Perasaan dengan  tidak berkomentar ataupun bergaya seperti etalase berjalan tidak akan membuat orang lain tersinggung dan menjadi gelap mata.  Ingat pepatah mulutmu harimaumu, pikir dahulu sebelum berbicara sesal kemudian tidak berguna. Walaupun bagi yang kaya boleh saja berbicara dan bergaya apapun, tapi lebih menyenangkan bila dapat bersikap rendah hati. Mudah2an dengan berbagi perasaan kita bisa ikut mengerem tindakan sesorang  untuk berbuat kejahatan. Yuk kita buat hidup lebih indah dengan berbagi info sosial, pengetahuan dan cerita menyenangkan yang tidak membuat orang lain tersinggung dan marah.


Tidak ada komentar: